Senin, 19 Mei 2014

Perbedaan sistem Perdagangan kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit

Kerajaan sriwijaya Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar di Nusantara dengan sungai musinya sebagai pusat pelabuhan dengan armada lautnya yang kuat dan tangguh membuat Sriwijaya sebagai salah satu pelabuhan bahari terbesar dan tergagah yang pernah berdiri di Swarnadwipa atau pulau Sumatera. Kehidupan ekonomi kerajaan Sriwijaya mulai dibangun sejak pemerintahan Dapunta Hyang Sri Rajasana tahun 671 M berpusat di kawasan sungai musi. Kawasan sungai Musi letaknya strategis berada di tengah perdagangan India - China tidak jauh dari selat Malaka, Semanjung malaya, mendorong Dapunta Hyang terus mengembangkan sungai Musi sebagai sarana transportasi antar daerah, pelayarannya dengan menggunakan kapal kayu bernama Cadik. Kapal kayu yang digunakan pada masa itu selain sebagai transportasi juga digunakan sebagai alat untuk mengangkut barang dagangan dan transaksi perdagangan, kemudian disekitaran sungai Musi dibangunlah pusat - pusat perdagangan seperti pelabuhan serta kampung - kampung perdagangan. Tidak diherankan lagi tidak berapa lama kemudian Sriwijaya sekitar tahun 670-an menjadi pusat perdagangan asia Tenggara sebagaimana catatan perjalanan I-Tsing seorang pendeta budha yang tinggal selama 6 bulan tahun 671 M dikerajaan Sriwijaya ( mywapblog.com/potret-ekonomi-masa-kerajaan-sriwijaya.html ). Sebagai kerajaan Bahari , kerajaan Sriwijaya sudah memanfaatkan air ( sungai, rawa, dan laut ) sebagai alat komunikasi, transportasi dan perdagangan maupun sistem pertahanan. Sehingga kerajaan Sriwijaya dapat dengan mudah mengadakan hubungan dagang dengan dunia luar serta manusianya sudah terampil dalam hal admistrasi dan pelayaran ( L. R. Retno Susanti. Sejarah Nasional Indonesia 1 : 67 – 68 ). Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat berpengaruh dalam mengendalikan jalur perdagangan di Selat Malaka dan Selat Sunda, yang mana merupakan jalur perdagangan antara bangsa India dan banga Tiongkok. Orang-orang Arab mencatat pada masa itu kerajaan Sriwijaya memiliki berbagai aneka barang yang di hasilkan untuk perdagangan seperti kayu gaharu, pala, cengkeh, gading, kepulaga, kapur barus, emas, dan juga timah. Dengan banyaknya aneka barang yang di hasilkan untuk perdagangan membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat kaya pada masa itu. ( Nugroho Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah nasional Indonesia II : 99 ) Kekayaan yang sangat melimpah yang dimiliki oleh kerajaan Sriwijaya ini membuat Kerajaan Sriwijaya memmiliki pengaruh yang sangat besar di daerah Asia Tenggara, banyak pihak yang tunduk kepada kerajaan Sriwijaya karena kekayaan Kerajaan Sriwijaya yang sangat melimpah saat itu. Kerajaan Sriwijaya juga memunyai peran dengan menjadi tempat pelabuhan utama di daerah Asia Tenggara. ( Suminto Sucipto. Perkembangan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu Budha serta Peningalannya ). Untuk kepentingan perdagangannya atau sebagai usaha diplomatiknya agar cina tidak membuka peluang perdagangan dengan negeri lain di Asia Tenggara ini maka kerajaan Sriwijaya tidak segan – segan memberikan upeti kepada negeri Cina. Perdagangan dengan negeri Cina dan India ini telahb memberikan keuntungan yang besar untuk kerajaan Sriwijaya itu sendiri. ( Nugroho Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia II : 99 – 100 ) Kerajaan Sriwijaya juga melakukan perdagangan hingga ke negeri Tiongkok, yang tentunya setelah kerajaan Sriwijaya mendapatkan persetujuan dan perlindungan dari pihak kerajaan atau kekaisaran China untuk dapat berdagang disana. Kerajaan Sriwijaya sangat baik dalam mengelola sistem perdagangan dengan negeri yang jauh dari kerajaan Sriwijaya ( luar Asia Tenggara), selain itu juga menguasai daerah pelayaran antara India dan Tiongkok. ( Suminto Sucipto. Perkembangan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu Budha serta Peningalannya ). Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar kedua setelah Kerajaan Sriwijaya. Majapahit merupakan kerajaan agraris dan juga sebagai kerajaan maritim. Kedudukan sebagai kerajaan agraris tampak dari letaknya yang berada di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukannya sebagai kerajaan maritim tampak dari angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi Kerajaan Majapahit menitik beratkan pada bidang pertanian dan pelayaran perdagangan. Pertanian Jawa sejak sebelum Majapahit sangat kuat. Udara di Jawa yang panas sepanjang tahun sehingga membuat Panen padi terjadi dua kali dalam setahun yang menghasilkan Butiran beras yang amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah dan lain-lain, kecuali gandum. Buah-buahan juga banyak terdapat di sini dengan berbagai maca jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, manggis, langsat dan semangka. Sayur mayurjuga berlimpah macamnya. Jenis binatang juga banyak, antara lain burung beo, ayam mutiara (kalkun), burung nilam, merak, pipit, kelelawar dan hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda, babi, ayam dan bebek, serta hewan langka monyet putih dan rusa putih. Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan daerah Kalamasa dan Bendungan Trailokyapuri untuk mengairi daerah hilir. Majapahit memiliki mata uang tersendiri yang bernama gobog, uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah putih, dan tembaga. Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya. Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang pernah mengunjungi Jawa, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. Daftar Pustka Kerajaan Sriwijaya : Susanti, L. R. Retno. 2007. Sejarah Nasional Indonesia I. Indralaya : pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya Nugroho Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro. 1992. Sejarah Nasional Indonesia II “Jaman kuno” : PT Balai Pustaka Sucipto, Suminto. Perkembangan Masyarakat Pada Masa Kerajaan Hindu Budha serta Peningalannya. http://nantly.mywapblog.com/potret-ekonomi-masa-kerajaan-sriwijaya.xhtml ( di akses tanggal 7 februari 2014 ). Kerajaan Majapahit : Scribd. Kitab Negara Kertagama. (online), ( www.scribd.com ), diakses 7 Februari 2014. ____. Kitab Pararaton Terjemahan. (online), ( www.scribd.com ), diakses 7 Februari 2014. Soejono, R.P. (Ed. dkk.). 2010. Jaman Kuno. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: P.N. Balai Pustaka. Wikipedia. Majapahit. (online), ( http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit.html ), diakses 7 Februari 2014. Wordpress. Ekonomi Majapahit. 2007. (online), ( www.sejarahwan.wordpress.com/2007/10/5/ekonomi-majapahit/ ), diakses 7 Februari 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 19 Mei 2014

Perbedaan sistem Perdagangan kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit

Diposting oleh Rensy Novianny di 19.05
Kerajaan sriwijaya Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar di Nusantara dengan sungai musinya sebagai pusat pelabuhan dengan armada lautnya yang kuat dan tangguh membuat Sriwijaya sebagai salah satu pelabuhan bahari terbesar dan tergagah yang pernah berdiri di Swarnadwipa atau pulau Sumatera. Kehidupan ekonomi kerajaan Sriwijaya mulai dibangun sejak pemerintahan Dapunta Hyang Sri Rajasana tahun 671 M berpusat di kawasan sungai musi. Kawasan sungai Musi letaknya strategis berada di tengah perdagangan India - China tidak jauh dari selat Malaka, Semanjung malaya, mendorong Dapunta Hyang terus mengembangkan sungai Musi sebagai sarana transportasi antar daerah, pelayarannya dengan menggunakan kapal kayu bernama Cadik. Kapal kayu yang digunakan pada masa itu selain sebagai transportasi juga digunakan sebagai alat untuk mengangkut barang dagangan dan transaksi perdagangan, kemudian disekitaran sungai Musi dibangunlah pusat - pusat perdagangan seperti pelabuhan serta kampung - kampung perdagangan. Tidak diherankan lagi tidak berapa lama kemudian Sriwijaya sekitar tahun 670-an menjadi pusat perdagangan asia Tenggara sebagaimana catatan perjalanan I-Tsing seorang pendeta budha yang tinggal selama 6 bulan tahun 671 M dikerajaan Sriwijaya ( mywapblog.com/potret-ekonomi-masa-kerajaan-sriwijaya.html ). Sebagai kerajaan Bahari , kerajaan Sriwijaya sudah memanfaatkan air ( sungai, rawa, dan laut ) sebagai alat komunikasi, transportasi dan perdagangan maupun sistem pertahanan. Sehingga kerajaan Sriwijaya dapat dengan mudah mengadakan hubungan dagang dengan dunia luar serta manusianya sudah terampil dalam hal admistrasi dan pelayaran ( L. R. Retno Susanti. Sejarah Nasional Indonesia 1 : 67 – 68 ). Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat berpengaruh dalam mengendalikan jalur perdagangan di Selat Malaka dan Selat Sunda, yang mana merupakan jalur perdagangan antara bangsa India dan banga Tiongkok. Orang-orang Arab mencatat pada masa itu kerajaan Sriwijaya memiliki berbagai aneka barang yang di hasilkan untuk perdagangan seperti kayu gaharu, pala, cengkeh, gading, kepulaga, kapur barus, emas, dan juga timah. Dengan banyaknya aneka barang yang di hasilkan untuk perdagangan membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat kaya pada masa itu. ( Nugroho Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah nasional Indonesia II : 99 ) Kekayaan yang sangat melimpah yang dimiliki oleh kerajaan Sriwijaya ini membuat Kerajaan Sriwijaya memmiliki pengaruh yang sangat besar di daerah Asia Tenggara, banyak pihak yang tunduk kepada kerajaan Sriwijaya karena kekayaan Kerajaan Sriwijaya yang sangat melimpah saat itu. Kerajaan Sriwijaya juga memunyai peran dengan menjadi tempat pelabuhan utama di daerah Asia Tenggara. ( Suminto Sucipto. Perkembangan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu Budha serta Peningalannya ). Untuk kepentingan perdagangannya atau sebagai usaha diplomatiknya agar cina tidak membuka peluang perdagangan dengan negeri lain di Asia Tenggara ini maka kerajaan Sriwijaya tidak segan – segan memberikan upeti kepada negeri Cina. Perdagangan dengan negeri Cina dan India ini telahb memberikan keuntungan yang besar untuk kerajaan Sriwijaya itu sendiri. ( Nugroho Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia II : 99 – 100 ) Kerajaan Sriwijaya juga melakukan perdagangan hingga ke negeri Tiongkok, yang tentunya setelah kerajaan Sriwijaya mendapatkan persetujuan dan perlindungan dari pihak kerajaan atau kekaisaran China untuk dapat berdagang disana. Kerajaan Sriwijaya sangat baik dalam mengelola sistem perdagangan dengan negeri yang jauh dari kerajaan Sriwijaya ( luar Asia Tenggara), selain itu juga menguasai daerah pelayaran antara India dan Tiongkok. ( Suminto Sucipto. Perkembangan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu Budha serta Peningalannya ). Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar kedua setelah Kerajaan Sriwijaya. Majapahit merupakan kerajaan agraris dan juga sebagai kerajaan maritim. Kedudukan sebagai kerajaan agraris tampak dari letaknya yang berada di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukannya sebagai kerajaan maritim tampak dari angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi Kerajaan Majapahit menitik beratkan pada bidang pertanian dan pelayaran perdagangan. Pertanian Jawa sejak sebelum Majapahit sangat kuat. Udara di Jawa yang panas sepanjang tahun sehingga membuat Panen padi terjadi dua kali dalam setahun yang menghasilkan Butiran beras yang amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah dan lain-lain, kecuali gandum. Buah-buahan juga banyak terdapat di sini dengan berbagai maca jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, manggis, langsat dan semangka. Sayur mayurjuga berlimpah macamnya. Jenis binatang juga banyak, antara lain burung beo, ayam mutiara (kalkun), burung nilam, merak, pipit, kelelawar dan hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda, babi, ayam dan bebek, serta hewan langka monyet putih dan rusa putih. Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan daerah Kalamasa dan Bendungan Trailokyapuri untuk mengairi daerah hilir. Majapahit memiliki mata uang tersendiri yang bernama gobog, uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah putih, dan tembaga. Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya. Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang pernah mengunjungi Jawa, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. Daftar Pustka Kerajaan Sriwijaya : Susanti, L. R. Retno. 2007. Sejarah Nasional Indonesia I. Indralaya : pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya Nugroho Notosusanto, Marwati Djoened Poesponegoro. 1992. Sejarah Nasional Indonesia II “Jaman kuno” : PT Balai Pustaka Sucipto, Suminto. Perkembangan Masyarakat Pada Masa Kerajaan Hindu Budha serta Peningalannya. http://nantly.mywapblog.com/potret-ekonomi-masa-kerajaan-sriwijaya.xhtml ( di akses tanggal 7 februari 2014 ). Kerajaan Majapahit : Scribd. Kitab Negara Kertagama. (online), ( www.scribd.com ), diakses 7 Februari 2014. ____. Kitab Pararaton Terjemahan. (online), ( www.scribd.com ), diakses 7 Februari 2014. Soejono, R.P. (Ed. dkk.). 2010. Jaman Kuno. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: P.N. Balai Pustaka. Wikipedia. Majapahit. (online), ( http://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit.html ), diakses 7 Februari 2014. Wordpress. Ekonomi Majapahit. 2007. (online), ( www.sejarahwan.wordpress.com/2007/10/5/ekonomi-majapahit/ ), diakses 7 Februari 2014.

0 komentar on "Perbedaan sistem Perdagangan kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit"

Posting Komentar