Senin, 19 Mei 2014

Partai Komunis Indonesia (PKI)

PARTAI KOMUNIS INDONESIA a. Latar Belakang Lahirnya PKI Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia tidak pernah terlepas dari peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet. Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja disalah satu harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche Handelsbad sebagai staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya, Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebagai sekertaris di salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg Personnel (VSTP) (M.C. Ricklefs, 2005 : 260). Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuh kembangkan ideologi komunisme di Indonesia. Pada bulan Juli 1914 bersama personil-personil yang tergabung dalam VSTP seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu menjabat sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik yang bersifat radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai media propaganda untuk menyebarkan ajaran ajaran komunisme yang menjadi ideologi dari organisasi tersebut. Oleh karena anggota ISDV terbatas dikalangan orang orang Belanda, maka organisasi ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI) (Poesponegoro , 2008 : 357). Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di terbitkannya koran Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan militer. Isi koran ini selalu diwarnai dengan ide-ide komunisme yang mengedepankan ide-ide perjuangan kelas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sneevliet ternyata tercium oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian pada bulan Desember 1918 Pemerintah Hindia Belanda mengambil tindakan untuk mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda karena kegiatan yang dilakukannya dianggap mulai mengancam. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada hari senin, 10 maret 2014). Pada bulan Desember 1919 rekan Sneevliet, Brandstedder juga mengalami hal yang sama diusir oleh pemerintah Hindia Belanda. Sekalipun Sneevliet dan Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda (Indonesia) namun usaha yang mereka lakukan selama ini telah menemukan hasillnya. ISDV akhirnya berhasil menyebarkan ajaran-ajaran komunisme di Semarang dan mempengaruhi pimpinan SI Semarang yang pada saat itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi kedalam tubuh Serikat Islam : 1. Central Serikat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat lemah kekuasaanya. Tiap-tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas . Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang. 2. Kondisi kepartaian pada masa itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai. Hhal ini disebabkan pada mulanya organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatiu organisasi guna mendukung berbagai kepentingan sosial budaya dan ekonomi. Dikalanngan kaum terpelajar menjadi kebiasaan bagi setiap orang untuk memasuki berbagai macam organisasi yang di anggapnya dapat membantu kepentingannya. (Poesponegoro , 2008 : 357) Setelah mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang, ISDV menjadi semakin kuat dan ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tanggal 23 Mei 1920, tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Perubahan nama ini diperuntukan supaya organisasi ini lebih tegas dalam mengedepankan nama komunisme sebagai ideologi dari organisasi mereka selama ini. Semaun dipilih sebagai ketua dan Darsono sebagai wakilnya. Beberapa tokoh ISDV yang orang belanda diangkat sebagai pendamping antara lain Bergsma sebagai sekertaris, Dekker sebagai bendahara dan A. Barrs sebagai salah satu anggotanya. Sekalipun Semaun dan Darsono telah menjadi pimpinan PKI, namun mereka tetap menjadi pimpinan SI Semarang. Hal ini disebabkan karena pada saat itu CSI (Central Sarekat Islam) masih memperbolehkan anggotanya untuk menjadi anggota dari organisasi lain. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada hari senin,10 maret 2014). b. Perkembangan Partai Komunis Indonesia Setelah berdiri pada tanggal 23 Mei 1920, PKI semakin berkembang pesat. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh PKI  Bergabung Dengan Komintern Konvensi pertama PKI di gelar di basecamp Sarekat Islam, di Semarang, Jawa Tengah, pada pertengahan Desember 1920. Ribuan anggota dan simpatisan hadir disana, dan rapat berlangsung tertutup dan underground, karena walaupun partai ini sudah memiliki basis massa yang banyak, tapi keberadaan mereka masih illegal dimata pemerintah saat itu. Agenda utama Konvensi ini adalah memutuskan satu soal penting tentang “bergabung tidaknya PKI dengan Komunis Internasional (Komintern)”. Dari kesepakatan rapat itu, akhirnya mereka memutuskan untuk berafiliasi dengan Komintern yang berpusat di Moscow (Uni Soviet), yang di kepalai oleh Josep Vissarionovich Stalin. Sehingga, kebijakan partai mau tak mau harus segaris dengan apa yang dirumuskan di Moskow (Komintern), dan wakil pertama Indonesia di rapat - rapat Komite Eksekutif Komunis Internasional di Moscow adalah Sneevliet (yang sebelumnya dibuang Belanda) , setelah itu ada Semaoen dan Darsono yang selanjutnya mereka menjadi agen - agen kunci Komintern. Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka (seorang aktivis PKI yang sebelumnya dikirim belajar ke Netherland dan kembali lagi ke Indonesia tahun 1919) dan diangkat sebagai pimpinan partai cabang Asia Tenggara dan Australia. Selain itu juga berkat di perbolehkannya keanggotaan ganda pada SI menyebabkan banyak anggota SI yang kemudian ikut terjun kedalam ISDV. Hal ini karena sebagian besar anggota SI adalah golongan pedagang dan golongan masyarakat kelas bawah. Selain itu karna syarat keanggotaan dari SI yang sangat mudah yaitu “hanya beragama Islam” membuat SI ini berkembang sedemikian pesatnya. Dari situlah timbul gagasan baru dari Snivleet dan rekan-rekan untuk menyusupi organisasi ini sekaligus menjaring keanggotaan untuk mendirikan PKI. Dari aksi penyusupan itulah banyak orang-orang yang tidak mengerti apa makna dari sebenarnya PKI kemudian menjadi anggota PKI. Bukan hanya itu saja Komunisme mudah menarik bangsa-bangsa terjajah atau mudah diterima oleh masyarakat karena mereka merasa akan dibebaskan dari belenggu penjajahan. Itulah sebabnya komunisme mendapat sambutan tidak sedikit di Indonesia. Karena sebagian besar penduduk indonesia adalah golongan petani maupun pedagang yang kurang mempunyai pengaruh. c. Kemunduran PKI Karena tindakan PKI yang cukup Radikal akhirnya timbul gerakan anti komunis dan pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas. Ketegasan itu diwujudkan dengan penangkapan dan pengasingan terhadap pimpinan komunis dari Indonesia. Diawali dengan Sneevliet tahun 1919. Tan Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari Indonesia. Sedangkan Semaun 1923, dengan demikian semua pemimpin PKI seperti Darsono, Ali Archam, Alimin, Musso merasa terancam. Pada Konggres PKI tanggal 11-27 di kota Gede Yogyakarta, dibahas mengenai rencana gerakan bersama di seluruh Indonesia.15 Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapatrapat PKI juga dibubarkan. Januari 1926 Musso, Boedisoetjitro, dan Soegono rencananya akan ditangkap oleh Gubernur Jendral van Limburg Stirum tetapi mereka telah pergi ke Singapura. Kekacauan hari demi hari semakin memuncak dan hampir semua pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura ada Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan Winata. Sedangkan Tan Malaka di Manila dan Darsono di Uni Soviet. Akhirnya “PKI melakukan gerakan dengan “gaya lokal” dan aksi lokal (local action) yang di antaranya tidak banyak berkaitan dengan komunisme teoritis. Di Banten partai ini menjadi Islam yang berlebih-lebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan Jawa tanpa koordinasi yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik bagi unsur-unsur masyarakat pedesaan yang menyukai kekacauan”, (Ricklefs, 2005:271). Selama tahun 1925, unsur-unsur yang lebih mengekstrim dalam Partai Komunis di bawah pengawasan Dahlan dan Soekra, dua pemimpin yang menolak patuh kepada kepemimpinan yang tetap. Mereka terus menghasut dicetuskannya revolusi dan memakai metode-metode teoritis. Dalam usaha-usahanya, mereka didukung oleh dua pemimpin penting yang sudah mapan, Alimin dan Musso. Kelompok ini berhasil menguasai suatu rapat komisi pelaksanaan partai tersebut dan para pemimpin persatuan-persatuan dagang pokok di bawah pengawasan komunis, yang diselenggarakan di Candi Prambanan (antara Yogyakarta dan Surakarta). Pada pertengahan bulan Oktober 1925. Sebagai hasilnya, revolusi ditetapkan akan diadakan segera (George McTurnan Kahin, 1995:103). Alimin kemudian ke Manila untuk menemui Tan Malaka, selaku wakil Komintern untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia. Dengan harapan rencana itu akan mendapat dukungannya, ternyata di luar dugaan Tan Malaka menolak keputusan Parambanan dengan alasan: a. Situasi revolusioner belum ada b. PKI belum cukup berdisiplin c. Seluruh rakyat belum berada di bawah PKI d. Tuntutan/sumbangan konkret belum dipikirkan e. Imperialisme internasional bersekutu melawan komunisme. Reaksi Tan Malaka membuat perpecahan dalam organisasi PKI, tetapi Alimin dan Musso tidak gentar. Kemudian Alimin dan Musso pergi ke Moskow untuk membahas tentang keputusan Prambanan 16 Maret 1926. Alih-alih mendapat dukungan20 sebaliknya mereka harus diindoktrinasi lagi. “Alimin dan Musso tiba di Malaya melalui Kanton pada pertengahan bulan Desember 1926, setelah aksi terjadi. Pada tanggal 18 Desember 1926 mereka ditahan orang Inggris di Johor dan tidak kembali ke Indonesia lagi (Soe Hok Gie. 2005. hlm.10-11). Bagai ayam kehilangan induknya, PKI tanpa pemimpin yang militan. Kegiatannya kacau, ditambah lagi para anggota bingung ikut Tan Malaka atau Alimin-Musso. Tidak adanya koordinasi para pemimpin ekstrimis, sebut saja Sardjono dan kawankawan merasa berhasil menguasai dan coba mempertahankan pengaruh mereka. Bahkan Suparjo yang kembali ke Indonesia untuk memberitahukan hasil diskusinya dengan Tan Malaka dan Subakat tidak dihiraukan. Walaupun rencana pemberontakan ditunda tetapi akhirnya meletus juga pada malam hari tanggal 12 November 192622 di Jawa Barat (Banten, Priangan) dan menyusul 1 Januari 1927 di Sumatra Barat. Pemberontakan di Batavia dapat ditumpas dalam waktu satu hari. Di Banten dan Priangan penumpasan selesai pada bulan Desember. Sedangkan di Sumatra dapat ditumpas selama tiga hari dan mendapat perlawanan yang relatif kuat. Menurut Ricklefs di Jawa seorang Eropa tewas begitu pula di Sumatra. “Sekitar 13.000 orang ditangkap, beberapa orang ditembak, kira-kira 4.500 orang dijebloskan ke dalam penjara dan 1.038 orang dikirim ke kamp penjara yang terkenal mengerikan di Boven Digul, Irian, yang khusus dibangun pada tahun 1927 untuk mengurung mereka.”PKI hancur dan dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda (Ricklefs, 2005: 272). Beberapa perbandingan mengenai Partai Komunis Indonesia dengan Organisasi lain PKI merupakan salah satu organisasi yang terbentuk atas prakarsa dari orang-orang luar seperti H.J.M Snivleet dan rekan-rekannya, bukan golongan bumi putera, sehingga segala sesuatunya selalu mendapatkan masukan dari orang-orang luar. Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa organisasi PKI ini segala akar pemikirannya berasal dari luar. Berbeda dengan organisasi seperti Budi Utomo yang bersifat kedaerahan dan menjunjung segala sesuatu yang berbau kedaerahan terutama daerah Jawa. Tokoh ISDV/PKI terlalu menonjolkan unsur internasional dalam program perjuangan PPKR , Sarekat Islam mengutamakan unsur “Islam” sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa , sedangkan Sarekat Hindia (Insulinde) justru menekankan kepada unsur “kenasionalan”sebagai unsur yang harus lebih dipentingkan daripada pertimbangan-pertimbangan “keagamaan”, “perjuangan kelas “ dan “kedaerahan” dalam usaha untuk membangkitkan aspirasi nasional dan kesadaran sosial. Alur gerakan PKI secara langsung dikendalikan oleh moscow atau dari luar negeri, karena pada waktu itu pusat dari paham komunis itu sendiri adalah Moscow (Rusia) yang kemudian menyebar keseluruh dunia termasuk wilayah daratan Asia terutama Cina, Korea Utara dan Indonesia itu sendiri. Dari beberapa buku yang kami baca banyak sekali yang menyebutkan tentang betapa radikalnya tindakan PKI itu seperti melakukan berbagai macam pemberontakan yang pada akhirnya terjadi pada tahun 1926 yang merupakan tanda kehancuran bagi PKI itu sendiri. Adapun tujuan berdirinya PKI adalah untuk membentuk negara indonesia yang komunis yang jelas-jelas bertentangan dengan akar dan pemikiran masyarakat Indonesia yang pada waktu itu sudah sedikit terpengaruh Paham Nasionalis yang selalu bertentangan dengan paham komunis. Selain itu mereka juga dalam mencari perhatian dengan masyarakat dengan cara membangun konflik di dalam masyarakat maupun tubuh keanggotaan PKI itu sendiri. SUMBER George McTurnan Kahin. 1995.Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan. M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Poesponegoro , Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V – Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda . –cet-2 Edisi Pemuktahiran. Jakarta : Balai Pustaka. Soe Hok Gie. 2005. Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta. Bentang Pustaka. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf, (diakses pada hari senin,10 maret 2014, pukul 15:00 WIB). http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21no1april2007/AKSI%20PARTAI%20KOMUNIS%20INDONESIA%201926%20wahyu%20wirawan.pdf (diakses pada hari Senin, 10 Maret 2014, pukul 15:05 WIB).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 19 Mei 2014

Partai Komunis Indonesia (PKI)

Diposting oleh Rensy Novianny di 19.15
PARTAI KOMUNIS INDONESIA a. Latar Belakang Lahirnya PKI Awal masuknya ideologi komunisme ke Indonesia tidak pernah terlepas dari peranan seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet. Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja disalah satu harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche Handelsbad sebagai staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama berada di Surabaya, Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja sebagai sekertaris di salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat itu kota Semarang merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg Personnel (VSTP) (M.C. Ricklefs, 2005 : 260). Sneevliet sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP merupakan sebuah peluang besar untuk menumbuh kembangkan ideologi komunisme di Indonesia. Pada bulan Juli 1914 bersama personil-personil yang tergabung dalam VSTP seperti P. Bersgma, J.A. Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu menjabat sebagai sekertaris VSTP) mempelopori berdirinya organisasi politik yang bersifat radikal, Indische Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India. ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai media propaganda untuk menyebarkan ajaran ajaran komunisme yang menjadi ideologi dari organisasi tersebut. Oleh karena anggota ISDV terbatas dikalangan orang orang Belanda, maka organisasi ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI) (Poesponegoro , 2008 : 357). Gebrakan yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di terbitkannya koran Soldaten en Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan militer. Isi koran ini selalu diwarnai dengan ide-ide komunisme yang mengedepankan ide-ide perjuangan kelas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sneevliet ternyata tercium oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian pada bulan Desember 1918 Pemerintah Hindia Belanda mengambil tindakan untuk mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda karena kegiatan yang dilakukannya dianggap mulai mengancam. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada hari senin, 10 maret 2014). Pada bulan Desember 1919 rekan Sneevliet, Brandstedder juga mengalami hal yang sama diusir oleh pemerintah Hindia Belanda. Sekalipun Sneevliet dan Brandstedder telah meninggalkan Hindia Belanda (Indonesia) namun usaha yang mereka lakukan selama ini telah menemukan hasillnya. ISDV akhirnya berhasil menyebarkan ajaran-ajaran komunisme di Semarang dan mempengaruhi pimpinan SI Semarang yang pada saat itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi kedalam tubuh Serikat Islam : 1. Central Serikat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat lemah kekuasaanya. Tiap-tiap cabang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas . Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang. 2. Kondisi kepartaian pada masa itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai. Hhal ini disebabkan pada mulanya organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatiu organisasi guna mendukung berbagai kepentingan sosial budaya dan ekonomi. Dikalanngan kaum terpelajar menjadi kebiasaan bagi setiap orang untuk memasuki berbagai macam organisasi yang di anggapnya dapat membantu kepentingannya. (Poesponegoro , 2008 : 357) Setelah mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang, ISDV menjadi semakin kuat dan ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tanggal 23 Mei 1920, tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat mengganti namanya menjadi Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Perubahan nama ini diperuntukan supaya organisasi ini lebih tegas dalam mengedepankan nama komunisme sebagai ideologi dari organisasi mereka selama ini. Semaun dipilih sebagai ketua dan Darsono sebagai wakilnya. Beberapa tokoh ISDV yang orang belanda diangkat sebagai pendamping antara lain Bergsma sebagai sekertaris, Dekker sebagai bendahara dan A. Barrs sebagai salah satu anggotanya. Sekalipun Semaun dan Darsono telah menjadi pimpinan PKI, namun mereka tetap menjadi pimpinan SI Semarang. Hal ini disebabkan karena pada saat itu CSI (Central Sarekat Islam) masih memperbolehkan anggotanya untuk menjadi anggota dari organisasi lain. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada hari senin,10 maret 2014). b. Perkembangan Partai Komunis Indonesia Setelah berdiri pada tanggal 23 Mei 1920, PKI semakin berkembang pesat. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh PKI  Bergabung Dengan Komintern Konvensi pertama PKI di gelar di basecamp Sarekat Islam, di Semarang, Jawa Tengah, pada pertengahan Desember 1920. Ribuan anggota dan simpatisan hadir disana, dan rapat berlangsung tertutup dan underground, karena walaupun partai ini sudah memiliki basis massa yang banyak, tapi keberadaan mereka masih illegal dimata pemerintah saat itu. Agenda utama Konvensi ini adalah memutuskan satu soal penting tentang “bergabung tidaknya PKI dengan Komunis Internasional (Komintern)”. Dari kesepakatan rapat itu, akhirnya mereka memutuskan untuk berafiliasi dengan Komintern yang berpusat di Moscow (Uni Soviet), yang di kepalai oleh Josep Vissarionovich Stalin. Sehingga, kebijakan partai mau tak mau harus segaris dengan apa yang dirumuskan di Moskow (Komintern), dan wakil pertama Indonesia di rapat - rapat Komite Eksekutif Komunis Internasional di Moscow adalah Sneevliet (yang sebelumnya dibuang Belanda) , setelah itu ada Semaoen dan Darsono yang selanjutnya mereka menjadi agen - agen kunci Komintern. Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka (seorang aktivis PKI yang sebelumnya dikirim belajar ke Netherland dan kembali lagi ke Indonesia tahun 1919) dan diangkat sebagai pimpinan partai cabang Asia Tenggara dan Australia. Selain itu juga berkat di perbolehkannya keanggotaan ganda pada SI menyebabkan banyak anggota SI yang kemudian ikut terjun kedalam ISDV. Hal ini karena sebagian besar anggota SI adalah golongan pedagang dan golongan masyarakat kelas bawah. Selain itu karna syarat keanggotaan dari SI yang sangat mudah yaitu “hanya beragama Islam” membuat SI ini berkembang sedemikian pesatnya. Dari situlah timbul gagasan baru dari Snivleet dan rekan-rekan untuk menyusupi organisasi ini sekaligus menjaring keanggotaan untuk mendirikan PKI. Dari aksi penyusupan itulah banyak orang-orang yang tidak mengerti apa makna dari sebenarnya PKI kemudian menjadi anggota PKI. Bukan hanya itu saja Komunisme mudah menarik bangsa-bangsa terjajah atau mudah diterima oleh masyarakat karena mereka merasa akan dibebaskan dari belenggu penjajahan. Itulah sebabnya komunisme mendapat sambutan tidak sedikit di Indonesia. Karena sebagian besar penduduk indonesia adalah golongan petani maupun pedagang yang kurang mempunyai pengaruh. c. Kemunduran PKI Karena tindakan PKI yang cukup Radikal akhirnya timbul gerakan anti komunis dan pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas. Ketegasan itu diwujudkan dengan penangkapan dan pengasingan terhadap pimpinan komunis dari Indonesia. Diawali dengan Sneevliet tahun 1919. Tan Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari Indonesia. Sedangkan Semaun 1923, dengan demikian semua pemimpin PKI seperti Darsono, Ali Archam, Alimin, Musso merasa terancam. Pada Konggres PKI tanggal 11-27 di kota Gede Yogyakarta, dibahas mengenai rencana gerakan bersama di seluruh Indonesia.15 Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapatrapat PKI juga dibubarkan. Januari 1926 Musso, Boedisoetjitro, dan Soegono rencananya akan ditangkap oleh Gubernur Jendral van Limburg Stirum tetapi mereka telah pergi ke Singapura. Kekacauan hari demi hari semakin memuncak dan hampir semua pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura ada Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan Winata. Sedangkan Tan Malaka di Manila dan Darsono di Uni Soviet. Akhirnya “PKI melakukan gerakan dengan “gaya lokal” dan aksi lokal (local action) yang di antaranya tidak banyak berkaitan dengan komunisme teoritis. Di Banten partai ini menjadi Islam yang berlebih-lebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan Jawa tanpa koordinasi yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik bagi unsur-unsur masyarakat pedesaan yang menyukai kekacauan”, (Ricklefs, 2005:271). Selama tahun 1925, unsur-unsur yang lebih mengekstrim dalam Partai Komunis di bawah pengawasan Dahlan dan Soekra, dua pemimpin yang menolak patuh kepada kepemimpinan yang tetap. Mereka terus menghasut dicetuskannya revolusi dan memakai metode-metode teoritis. Dalam usaha-usahanya, mereka didukung oleh dua pemimpin penting yang sudah mapan, Alimin dan Musso. Kelompok ini berhasil menguasai suatu rapat komisi pelaksanaan partai tersebut dan para pemimpin persatuan-persatuan dagang pokok di bawah pengawasan komunis, yang diselenggarakan di Candi Prambanan (antara Yogyakarta dan Surakarta). Pada pertengahan bulan Oktober 1925. Sebagai hasilnya, revolusi ditetapkan akan diadakan segera (George McTurnan Kahin, 1995:103). Alimin kemudian ke Manila untuk menemui Tan Malaka, selaku wakil Komintern untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia. Dengan harapan rencana itu akan mendapat dukungannya, ternyata di luar dugaan Tan Malaka menolak keputusan Parambanan dengan alasan: a. Situasi revolusioner belum ada b. PKI belum cukup berdisiplin c. Seluruh rakyat belum berada di bawah PKI d. Tuntutan/sumbangan konkret belum dipikirkan e. Imperialisme internasional bersekutu melawan komunisme. Reaksi Tan Malaka membuat perpecahan dalam organisasi PKI, tetapi Alimin dan Musso tidak gentar. Kemudian Alimin dan Musso pergi ke Moskow untuk membahas tentang keputusan Prambanan 16 Maret 1926. Alih-alih mendapat dukungan20 sebaliknya mereka harus diindoktrinasi lagi. “Alimin dan Musso tiba di Malaya melalui Kanton pada pertengahan bulan Desember 1926, setelah aksi terjadi. Pada tanggal 18 Desember 1926 mereka ditahan orang Inggris di Johor dan tidak kembali ke Indonesia lagi (Soe Hok Gie. 2005. hlm.10-11). Bagai ayam kehilangan induknya, PKI tanpa pemimpin yang militan. Kegiatannya kacau, ditambah lagi para anggota bingung ikut Tan Malaka atau Alimin-Musso. Tidak adanya koordinasi para pemimpin ekstrimis, sebut saja Sardjono dan kawankawan merasa berhasil menguasai dan coba mempertahankan pengaruh mereka. Bahkan Suparjo yang kembali ke Indonesia untuk memberitahukan hasil diskusinya dengan Tan Malaka dan Subakat tidak dihiraukan. Walaupun rencana pemberontakan ditunda tetapi akhirnya meletus juga pada malam hari tanggal 12 November 192622 di Jawa Barat (Banten, Priangan) dan menyusul 1 Januari 1927 di Sumatra Barat. Pemberontakan di Batavia dapat ditumpas dalam waktu satu hari. Di Banten dan Priangan penumpasan selesai pada bulan Desember. Sedangkan di Sumatra dapat ditumpas selama tiga hari dan mendapat perlawanan yang relatif kuat. Menurut Ricklefs di Jawa seorang Eropa tewas begitu pula di Sumatra. “Sekitar 13.000 orang ditangkap, beberapa orang ditembak, kira-kira 4.500 orang dijebloskan ke dalam penjara dan 1.038 orang dikirim ke kamp penjara yang terkenal mengerikan di Boven Digul, Irian, yang khusus dibangun pada tahun 1927 untuk mengurung mereka.”PKI hancur dan dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda (Ricklefs, 2005: 272). Beberapa perbandingan mengenai Partai Komunis Indonesia dengan Organisasi lain PKI merupakan salah satu organisasi yang terbentuk atas prakarsa dari orang-orang luar seperti H.J.M Snivleet dan rekan-rekannya, bukan golongan bumi putera, sehingga segala sesuatunya selalu mendapatkan masukan dari orang-orang luar. Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa organisasi PKI ini segala akar pemikirannya berasal dari luar. Berbeda dengan organisasi seperti Budi Utomo yang bersifat kedaerahan dan menjunjung segala sesuatu yang berbau kedaerahan terutama daerah Jawa. Tokoh ISDV/PKI terlalu menonjolkan unsur internasional dalam program perjuangan PPKR , Sarekat Islam mengutamakan unsur “Islam” sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa , sedangkan Sarekat Hindia (Insulinde) justru menekankan kepada unsur “kenasionalan”sebagai unsur yang harus lebih dipentingkan daripada pertimbangan-pertimbangan “keagamaan”, “perjuangan kelas “ dan “kedaerahan” dalam usaha untuk membangkitkan aspirasi nasional dan kesadaran sosial. Alur gerakan PKI secara langsung dikendalikan oleh moscow atau dari luar negeri, karena pada waktu itu pusat dari paham komunis itu sendiri adalah Moscow (Rusia) yang kemudian menyebar keseluruh dunia termasuk wilayah daratan Asia terutama Cina, Korea Utara dan Indonesia itu sendiri. Dari beberapa buku yang kami baca banyak sekali yang menyebutkan tentang betapa radikalnya tindakan PKI itu seperti melakukan berbagai macam pemberontakan yang pada akhirnya terjadi pada tahun 1926 yang merupakan tanda kehancuran bagi PKI itu sendiri. Adapun tujuan berdirinya PKI adalah untuk membentuk negara indonesia yang komunis yang jelas-jelas bertentangan dengan akar dan pemikiran masyarakat Indonesia yang pada waktu itu sudah sedikit terpengaruh Paham Nasionalis yang selalu bertentangan dengan paham komunis. Selain itu mereka juga dalam mencari perhatian dengan masyarakat dengan cara membangun konflik di dalam masyarakat maupun tubuh keanggotaan PKI itu sendiri. SUMBER George McTurnan Kahin. 1995.Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan. M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Poesponegoro , Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V – Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda . –cet-2 Edisi Pemuktahiran. Jakarta : Balai Pustaka. Soe Hok Gie. 2005. Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta. Bentang Pustaka. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf, (diakses pada hari senin,10 maret 2014, pukul 15:00 WIB). http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21no1april2007/AKSI%20PARTAI%20KOMUNIS%20INDONESIA%201926%20wahyu%20wirawan.pdf (diakses pada hari Senin, 10 Maret 2014, pukul 15:05 WIB).

0 komentar on "Partai Komunis Indonesia (PKI)"

Posting Komentar